Gubernur Kaltara: Inovasi Merupakan Kunci untuk Membangun Bangsa

By Admin

nusakini.com--Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Dr H Irianto Lambrie meminta jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara serta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan dan Malinau untuk mendukung implementasi program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI). 

Dukungan tersebut, lanjut Irianto, salah satunya adalah dengan mengalokasikan anggaran program ini dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2018. “Inovasi merupakan kunci untuk membangun bangsa. Sebab inovasi bisa dilakukan di mana saja, dan oleh siapa saja, termasuk di Kaltara,” ujar Irianto usai menghadiri penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) program INOVASI di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI di Jakarta, Selasa (12/12). 

MoU dilakukan oleh Gubernur atas nama Pemprov Kaltara dengan pihak Kemendikbud yang diwakili oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Ka Balitbang) Totok Supriyatno. Dengan disaksikan oleh Fleur Davies, Konselor Menteri Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Kedutaan Besar (Kedubes) Australia di Jakarta. 

Selain dengan pihak kementerian, komitmen program ini diperkuat dengan penandatanganan kesepakatan antara Gubernur dengan Bupati Bulungan H Sudjati dan Bupati Malinau yang diwakili oleh Wakil Bupati Malinau Topan Amrullah dalam mengimplementasikan program INOVASI di kedua kabupaten tersebut. 

“Atas nama Pemprov Kaltara saya memberikan apresiasi atas dilaksanakan program INOVASI di Provinsi Kaltara. Program ini sangat penting dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan, khususnya Kaltara yang secara geografis berbatasan langsung dengan Malaysia,” ujarnya. 

Dalam agenda tersebut, Irianto pun terkesan dengan kehadiran guru-guru yang berasal dari Malinau dan Bulungan. Apalagi guru yang dihadirkan bukan berasal dari sarjana pendidikan. Akan tetapi, memiliki keterampilan mengajar yang baik. “Saya ingin tahu bagaimana guru-guru menghadapi, jika ada orang yang skeptis. Ada 4 kunci berhasil dalam hidup. Kemampuan berinovasi dan berkreasi menyumbang 40 persen dari keberhasilan hidup. 30 persen lagi networking, 20 persen teknologi dan 10 persen sumber daya alam,” paparnya. 

Dari sisi kualitas guru, disebutkan, Kaltara masih memiliki banyak guru yang belum memenuhi standar kualifikasi sarjana. Di Malinau misalnya, data yang disampaikan, dari 1.011 guru yang terdata dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kemendikbud, baru 57 persen yang berpendidikan sarjana. Sedangkan di Bulungan dari 1.300 guru, sebanyak 20 persen belum sarjana. Sebagian besar guru sudah sarjana memperoleh pendidikan Strata-1 (S-1) saat mereka sudah dalam masa jabatan. 

Karena itu, dalam implementasinya, melalui program INOVASI ini dapat menemukan solusinya. Ditambah lagi pendekatan yang dilakukan harus massif dalam meningkatkan kualitas pendidikan tingkat dasar, pelajar maupun gurunya. “Meningkatkan kualitas pembelajaran, memperkuat budaya baca, mendorong partisipasi orang tua dan masyarakat adalah solusi yang harus dilakukan secara massif,” ujarnya. 

Lebih jauh Gubernur membeberkan, karena berdasar hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) yang dilakukan oleh Kemendikbud, menunjukkan nilai rata-rata literasi membaca untuk Kaltara, masih dua point di bawah rata-rata nasional (RSPA). 

Temuan ini juga diperkuat survei Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (SIPPI) yang dilakukan Inovasi. Survei ini menemukan bahwa hanya 14,59 persen siswa kelas 1 Sekolah Dasar (SD) yang mampu membaca dan 60,94 persen di kelas 2. “Bahkan dari anak yang bisa membaca ini tidak semua yang bisa memahami bacaan secara implisit maupun mengintegrasikan informasi dari beberapa informasi dan mencari informasi eksplisit dari bacaan,” ungkap Irianto. 

Sejalan dengan temuan itu, Irianto menekankan bahwa membaca dan menulis merupakan kunci untuk mempelajari mata pelajaran lainnya. Oleh sebab itu, dibutuhkan intervensi yang dimulai dari kelas awal agar anak memiliki keterampilan membaca yang baik. “Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan literasi. Antara lain meningkatkan ketersediaan buku, memperbaiki metode pembelajaran, meningkatkan sumber daya manusia dan dukungan masyarakat,” sebutnya. 

Sementara itu, Kepala Balitbang Kemendikbud Totok Suprayitno mengatakan, program INOVASI menggunakan strategi perekrutan 20 fasilitator daerah dari unsur pengawas. Sebab, mereka merupakan sumber daya lokal yang kapasitasnya akan dikembangkan sehingga menjadi aset dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan di Kaltara. 

“Selain itu, implementasi program Inovasi akan dilakukan melalui penguatan Kelompok Kerja Guru (KKG). Dalam waktu 6 bulan, berbagai bentuk intervensi akan dilakukan melalui program rintisan di 20 SD, dengan jumlah guru sebanyak 277 dan 2.500 siswa. Hasil dari program rintisan berpotensi untuk disebarluaskan pemerintah ke sekolah lain di Bulungan dan Malinau (terdapat 244 SD dengan 2.379 guru dan 27.673 siswa) dengan menggunakan APBD,” ungkapnya. 

Melalui MoU tersebut, Kemendikbud dan pemerintah terkait akan mengeksplorasi masalah literasi kelas awal, rancana kegiatan pelatihan, melaksanakan program rintisan dengan adaptasi dan literasi.(p/ab)